Sabtu, 29 Maret 2025

Sistem Informasi Kesehatan (SIK) dalam Keperawatan

 

A. Definisi Sistem Informasi Kesehatan

Menurut Putri & Prima (2019) ada beberapa definisi sistem informasi kesehatan:

1.  Sistem informasi kesehatan adalah prosedur yang dimulai dari penghimpunan data, penggarapan data, pengkajian dan transfer informasi yang diperlukan untuk mengelola dan mengendalikan yankes serta digunakan untuk keperluan penelitian serta untuk pelatihan.

2.  Sistem informasi kesehatan merupakan beberapa unsur dan langkah yang terpola bertujuan untuk memproduksi informasi dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan tata laksana yankes pada masing-masing tahap sistem kesehatan.

3. Sistem informasi kesehatan yakni suatu sistem yang tersusun atas data, informasi, parameter, langkah-langkah, peranti, teknologi, dan sumber daya manusia yang saling berhubungan dan dikendalikan secara sistematis sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan yang bermanfaat dalam mendukung pembangunan kesehatan, yang tercantum dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 46 Tahun 2014 Tentang Sistem Informasi Kesehatan.


B. Peran Sistem Informasi Kesehatan dalam Penyedia Layanan Kesehatan

Menurut (Syafii et al., 2024) Sistem Informasi memiliki peran penting dalam berbagai bidang termasuk di bidang pelayanan kesehatan di berbagai pusat kesehatan masyarakat, yaitu:

C. Komponen Sistem Informasi Kesehatan

Komponen sistem informasi kesehatan dalam proses keperawatan melibatkan beberapa elemen penting yang berfungsi untuk mendukung pengelolaan informasi kesehatan, meningkatkan kualitas pelayanan, dan efisiensi dalam praktik keperawatan (Toth & Ingle 2021). Berikut adalah komponen-komponen utama dalam sistem informasi kesehatan dalam konteks keperawatan:

1.      Electronic Health Records (EHR) atau Rekam Medis Elektronik
EHR adalah komponen utama yang menyimpan dan mengelola data medis pasien secara digital. Hal ini memungkinkan perawat dan tenaga medis lainnya untuk mengakses informasi pasien secara real-time dan memudahkan koordinasi antar profesional kesehatan.

2.      Sistem Manajemen Informasi Keperawatan (Nursing Information System)
Sistem ini mendukung perawat dalam mengelola data terkait dengan asuhan keperawatan, termasuk penilaian pasien, rencana perawatan, dan evaluasi. Data ini dapat diakses oleh seluruh tim kesehatan untuk mendukung pengambilan keputusan klinis.

3.  Sistem Pengambilan Keputusan Klinis (Clinical Decision Support System - CDSS)
Sistem ini memberikan saran berbasis bukti untuk perawat dalam pengambilan keputusan terkait perawatan pasien, termasuk identifikasi risiko, rekomendasi terapi, dan pencegahan komplikasi.

4.      Telemedicine and Telehealth

Teknologi ini memungkinkan perawat untuk memberikan layanan kesehatan dari jarak jauh, terutama di daerah yang sulit dijangkau. Melalui video call, pesan teks, atau aplikasi mobile, perawat dapat memantau kondisi pasien dan memberikan saran medis.

5.      Sistem Pengelolaan Obat (Pharmacy Management Systems)
Sistem ini membantu dalam pengelolaan obat yang diberikan kepada pasien, termasuk pemantauan dosis, interaksi obat, dan catatan penggunaan obat oleh pasien.

6.      Sistem Pencatatan dan Laporan Keperawatan
Pencatatan yang baik dan  terorganisir sangat penting untuk mendokumentasikan tindakan keperawatan dan perkembangan pasien. Sistem ini mengelola semua laporan yang berkaitan dengan aktivitas keperawatan, hasil observasi, dan tindakan yang diambil.

7.      Sistem Manajemen Data Kesehatan
Sistem ini mengelola database informasi pasien, hasil laboratorium, pencitraan medis, dan data lainnya yang mendukung perawatan dan diagnosis medis.

D. Standar-Standar dan Prinsip Interoperabilitas dalam Teknologi Informasi Kesehatan
Menurut (Riska Pradita & Fitriana, 2024) standar-standar interoperabilitas yaitu:

1.      HL7-FHIR (Fast Healthcare Interoperability Resources)

Merupakan standar terkini yang dikembangkan oleh Health Level Seven International untuk pertukaran dan interoperabilitas data kesehatan. FHIR menggunakan fitur yang dikenal oleh pengembang sistem informasi, seperti Application Programming Interface (API), untuk memungkinkan pertukaran data lintas platform dan teknologi yang berbeda.

2.      ICD-10 (International Classification of Diseases, 10th Revision)

Sistem klasifikasi penyakit yang digunakan secara internasional untuk mencatat diagnosis dan prosedur medis. Penggunaan ICD-10 memastikan konsistensi dalam pencatatan data kesehatan.

3.      SNOMED CT (Systematized Nomenclature Of Medicine Clinical Terms)

Sistem terminologi klinis yang menyediakan kode untuk berbagai kondisi medis, prosedur, dan temuan klinis, mendukung interoperabilitas dengan menyediakan bahasa standar untuk informasi kesehatan.

Sedangkan menurut (Syefira, 2021) prinsip interoperabilitas yaitu:

1.      Standarisasi Data

Penggunaan format data yang konsisten dan standar memastikan bahwa informasi dapat dipahami dan digunakan oleh berbagai sistem.

2.      Keamanan dan Privasi

Perlindungan data pasien adalah prioritas utama. Sistem harus memastikan bahwa data ditransmisikan dan disimpan dengan aman, serta hanya diakses oleh pihak yang berwenang.

3.      Skalabilitas

Sistem harus dirancang untuk dapat berkembang dan beradaptasi dengan kebutuhan yang meningkat, memastikan interoperabilitas tetap terjaga seiring dengan pertumbuhan organisasi atau penambahan sistem baru.

4.      Fleksibilitas

Kemampuan untuk beradaptasi dengan berbagai standar dan protokol memastikan bahwa sistem dapat berinteraksi dengan berbagai platform dan teknologi yang berbeda.


E. Tantangan dalam Implementasi Standarisasi dan Interoperabilitas dalam Sistem Informasi Kesehatan
Menurut (Gunawan, 2023) implementasi standarisasi dan interoperabilitas dalam sistem informasi kesehatan juga memiliki tantangan yang perlu diperhatikan. Beberapa tantangan tersebut adalah:

1.      Kerumitan dan kompleksitas sistem

Sistem informasi kesehatan yang kompleks dengan berbagai elemen seperti hardware, software, dan data dapat menyulitkan implementasi standarisasi dan interoperabilitas. Pengembangan dan implementasi sistem yang kompleks dapat memakan waktu dan biaya yang cukup besar.

2.      Standar yang berbeda

Sistem informasi kesehatan dapat dikembangkan oleh berbagai vendor atau penyedia layanan yang menerapkan standar yang berbeda-beda. Hal ini dapat menyulitkan implementasi interoperabilitas antara sistem yang berbeda.

3.      Perubahan teknologi

Teknologi dalam sistem informasi kesehatan terus berkembang dan mengalami perubahan. Hal ini dapat memengaruhi standarisasi dan interoperabilitas antara sistem.

4.      Perubahan kebijakan dan regulasi

Perubahan kebijakan dan regulasi yang terkait dengan sistem informasi kesehatan dapat mempengaruhi implementasi standarisasi dan interoperabilitas. Misalnya, jika regulasi berubah dan mengharuskan sistem untuk mematuhi standar tertentu, maka perlu dilakukan perubahan dalam sistem untuk memenuhi persyaratan baru tersebut.

5.      Keterbatasan anggaran

Implementasi standarisasi dan interoperabilitas dapat memakan biaya yang cukup besar. Hal ini dapat menjadi tantangan bagi organisasi atau lembaga kesehatan dengan keterbatasan anggaran.

6.      Kurangnya kesadaran dan dukungan pengguna

Pengguna sistem informasi kesehatan seperti dokter, perawat, dan tenaga medis lainnya dapat kurang memahami pentingnya standarisasi dan interoperabilitas. Hal ini dapat menyebabkan kurangnya dukungan dan partisipasi dari pengguna dalam implementasi standarisasi dan interoperabilitas.

7.      Masalah keamanan dan privasi
Implementasi standarisasi dan interoperabilitas dapat meningkatkan risiko keamanan dan privasi data kesehatan. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya untuk memastikan bahwa standar dan protokol yang digunakan memenuhi persyaratan keamanan dan privasi yang diperlukan.


Referensi

Gunawan, A. (2023). Pengantar Sistem Informasi Kesehatan. In PT. Literasi Nusantara Abadi Grup.

Putri, I., & Prima. (2019). SISTEM INFORMASI KESEHATAN. Uwais Inspirasi Indonesia.

Riska Pradita, & Fitriana, S. M. (2024). Implementasi Standar Interoperabilitas HL7-FHIR Pada Pertukaran Rekam Kesehatan Elektronik di Puskesmas. Jurnal Ilmiah Perekam Dan Informasi Kesehatan Imelda (JIPIKI), 9(1), 20–30. https://doi.org/10.52943/jipiki.v9i1.1334

Syafii, S. I., Dewi, R., & Daengs, A. (2024). Peranan Sistem Informasi Dalam Pelayanan Kesehatan di Puskesmas Kedungdoro Surabaya. 3(2).

Syefira, S. (2021). Modul standarisasi dan interoperabilitas pertemuan 7 (online). 7.

Toth, M., & Ingle, S. (2021). Nursing Informatics for the Advanced Practice Nurse. Springer Publishing Company.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sistem Informasi Kesehatan (SIK) dalam Keperawatan

  A. Definisi Sistem Informasi Kesehatan Menurut Putri & Prima (2019) ada beberapa definisi sistem informasi kesehatan: 1.   Sistem info...